Apa Itu Filosofi Stoikisme?
Filosofi Stoikisme atau stoa merupakan aliran yang mengajarkan tentang pengendalian diri sebagai cara dalam mengendalikan emosi destruktif. Filosofi ini tidak mengajarkan kita untuk memendam emosi kita. Namun emosi yang kita miliki diubah melalui refleksi diri yang membuat emosi kita terlihat jelas kita bisa menilai emosi dengan tenang serta bebas dari penderitaan akibat emosi kita. Stoikisme bukan hanya keyakinan atau klaim etis, melainkan cara hidup yang melibatkan latihan terus-menerus. Dengan menggabungkan praktik logika, dialog Socrates dan dialog diri, kontemplasi kematian, serta meditasi dapat ditujukan untuk melatih perhatian seseorang untuk tetap berada di saat ini.
Sejarah
Kata Filosofi Stoikisme mungkin masih terdengar asing di telinga beberapa orang. Lantas, darimanakah asal muasal filosofi tersebut? Filosofi Stoikisme atau yang biasa disebut dengan stoa merupakan sebuah aliran yang berasal dari Filsafat Yunani Kuno. Filosofi Stoikisme muncul pada awal abad 3 SM yang dicetuskan oleh Zeno dari Citium. Selain Zeno, terdapat beberapa pihak lain yang turut memberikan sumbangan besar pada perkembangan filosofi ini yaitu, Cleanthes dari Assos, Chrysippus dari Soli, dan Lucius Annaeus Seneca, atau Seneca Junior.
Filosofi Stoikisme berlandaskan pada tiga elemen filsafat yang didirikan oleh Aristoteles yaitu logika atau rasio, materi atau fisika, dan etika. Ajaran stoa sangat luas, salah satu pandangan yang mencolok yaitu tentang bagaimana etika dalam memilih pandangan hidup. Eksistensi filosofi ini bertahan hingga 5 abad pada kala itu dan merupakan aliran paling berpengaruh dengan Filsafat Yunani Kuno karena tingkat relevansi yang tinggi dengan sikap manusia dan sistem pemerintahan pada saat itu. Dipahami bahwa cita-cita tertinggi stoa yaitu terciptanya kebebasan yang membuat manusia dapat melakukan hal-hal yang mereka sukai dan sesuai dengan kehendak mereka. Sehingga pada akhirnya tercapai fase autarkia atau keadaan disaat seseorang tidak lagi bergantung kepada apapun yang ada di luarnya.
Konsep Filosofi Stoikisme
Filosofi stoikisme memiliki beberapa konsep yang dapat kita pelajari, di antaranya
-
Dikotom Kendali
Secara sederhana, dikotom kendali adalah suatu memahami bahwa yang ada di dalam kendali adalah pikiran dan pilihan tindakan, selebihnya adalah di luar kendali. Dalam paham stoikisme, kendali (control) adalah kemampuan untuk memutuskan (decide) dan mempengaruhi (influence) sesuatu. Kehidupan yang lebih, diyakini sebagai kekuatan yang muncul dari dikotom kendali.
“Kita tidak dapat mengendalikan apa dan bagaimana sesuatu terjadi. Yang bisa kita kendalikan adalah bagaimana kita bereaksi terhadap apa yang terjadi” –Ryan Holiday (praktisi stoikisme dan penulis buku The Daily Stoic)
-
Mengkontemplasikan Derita (Premeditatio Malorum)
Kontemplasi adalah renungan dengan kebulatan pikiran atau perhatian penuh. Mengkontemplasikan derita adalah sebuah teknis psikologis yang membantu untuk lebih siap secara mental dalam menghadapi kenyataan yang tak selalu menyenangkan, di saat yang bersamaan juga membantu untuk lebih bersyukur apabila hal/ peristiwa yang di kontemplasikan ternyata tidak menjadi kenyataan, serta membantu menikmati saat ini karena kesadaran bahwa kemalangan dan derita bisa datang kapan saja. Mengkontemplasikan derita membantu pembentukan mental yang lebih tangguh dalam menjalani lika-liku kehidupan, lebih siaga terhadap kemungkinan terburuk, mengurangi beban mental, bersyukur, menikmati hidup, da mengurangi penyesalan berkat living in the present moment.
“Musibah terasa paling berat bagi mereka yang hanya mengharapkan keberuntungan” -Seneca (filsuf)
-
Mencintai Takdir (Amor Fati)
Penerimaan (acceptance) adalah hal yang sulit ketika ego membelenggu untuk selalu meyakini bahwa hal-hal harus berjalan sesuai kehendak/ harapan. Mencintai takdir bukanlah bentuk berpasrah pada hidup, tetapi sejatinya adalah penerimaan takdir sebagai bagian dari perjalanan hidup untuk memperoleh kekuatan bertahan dalam meniti kehidupan.
“Jangan menuntut peristiwa terjadi sesuai keinginanmu, tetapi justru inginkanlah agar hidup terjadi seperti apa adanya, dan jalanmu akan baik adanya” -Epictetus (budak)
-
Memento Mori
Banyak orang menderita dalam pikirannya karena penyesalan akan sesuatu di masa lalu, dan dalam bentuk kekhawatiran akan masa depan yang belum terjadi. Akhirnya orang-orang tersebut tidak benar-benar hidup di momen saat ini. Memento mori menghantarkan manusia untuk kembali pada “rel saat ini”, berfokus pada kenyataan bahwa kita masih hidup dan hidup sedang terjadi di detik ini, bukan di masa lalu, maupun di masa depan. Memento mori membantu mensyukuri kehidupan dan menjalaninya dengan suka cita.
“Manusia kehilangan siang hari karena mengharapkan malam, dan kehilangan malam hari karena takut akan fajar” –Seneca (filsuf)
Makna
Filosofi stoikisme atau yang kerap dikenal pula sebagai filosofi teras seperti yang telah dijelaskan di atas sebagai suatu filosofi yang berperan besar bagi kehidupan manusia dalam mengelola dirinya. Stoa Poikile atau stoikisme dalam bahasa Yunani yang memiliki arti filosofi teras mungkin tidak dapat menyelesaikan masalah yang ada pada diri seseorang tetapi pemikirannya dapat membantu seseorang membaca diri dan realistis terhadap berbagai hal yang terjadi dalam hidupnya. Dari ajaran filosofi stoikisme ini juga manusia diajak untuk berfokus pada kesejahteraan hidup dengan tidak memberikan reaksi yang berlebihan atas suatu peristiwa agar lebih ikhlas dan mudah menerima kenyataan yang terjadi. Dengan menjaga keseimbangan hidup dan lebih fokus terhadap usaha dan proses menuju hasil daripada gangguan yang ada, kita akan hidup dengan lebih praktis dan damai.
Penerapan di Masa Kini
Meskipun berusia lebih dari 2000 tahun, filosofi stoikisme masih sangat relevan dengan kehidupan kita sekarang. Filosofi stoikisme memberikan konsep dan ajaran yang dapat membuat mental kita semakin tangguh dan tetap tenang menghadapi era digital. Berikut beberapa contoh penerapan filosofi stoikisme yang sangat dekat dengan kehidupan kita.
- Ketika terjebak macet saat berangkat ke kantor, daripada marah-marah tidak jelas, lebih baik menyiapkan dan merapikan berkas atau mungkin sarapan pagi jika sebelumnya belum sempat sarapan. Kejadian macet berada di luar kendali kita, sedangkan respons kita berada di bawah kendali kita.
- Tidak mudah marah, tersinggung, atau langsung percaya dengan berita politik yang belum jelas kebenarannya. Apalagi ketika mendekati pemilu. Kita bisa memilih untuk bersikap tenang dan mengecek kebenaran dari berita yang kita dapatkan.
- Setiap pagi sebelum beraktivitas, bayangkan kita akan bertemu dengan orang-orang yang menyebalkan, tidak taat aturan, tidak tahu berterima kasih, egois, dan hal-hal menjengkelkan lainnya agar kita lebih siap menghadapinya. Memikirkan kemungkinan terburuk bukan untuk membuat kita cemas, melainkan untuk mengantisipasinya.
- Tidak marah dan tetap tenang menghadapi provokator di media sosial karena kita dapat mengendalikan persepsi kita sendiri, sedangkan tindakan orang lain berada di luar kendali kita.
- Ketika kekasih kita salah sebut nama kita dengan nama mantannya, bukan berarti dia gagal move on. Kita tidak harus marah-marah, merasa sakit hati, atau bahkan berpikir bahwa dia tidak mencintai kita. Mungkin dia hanya salah sebut nama dan kesalahan adalah hal yang wajar. Jika ternyata memang dia gagal move on, mungkin itu merupakan tantangan untuk kita agar mampu menjadi kekasih yang lebih baik.
- Terkena PHK karena pandemi bukan berarti seluruh hidup kita sudah hancur dan selesai. Kita bisa memulai karir yang baru, memulai usaha yang baru, atau memulai pekerjaan yang sudah lama kita inginkan.
- Orang lain tidak bisa menghina kita ketika kita tidak merasa terhina. Jika yang dikatakan orang lain tentang kita salah, kita tidak perlu marah-marah, apalagi berbalik menghina mereka.
- Jangan mengikuti (mem-follow) orang-orang yang hanya akan mengganggu kehidupan kita di media sosial. Hal ini diibaratkan seperti ketika kita makan buah mangga. Kita bisa membuang bagian yang busuk dan memakan bagian yang manis.
- Kelak, kita akan meninggal dan dilupakan oleh orang lain. Orang yang mengingat kita juga akan meninggal. Maka, tidak semestinya kita berbangga diri atas ketenaran dan mengejar popularitas.
- Semua yang pernah terjadi pada diri kita bukanlah hal baru. Seluruh rangkaian peristiwa kehidupan merupakan perulangan dari masa lalu. Maka, kita tidak perlu berlebihan dalam menyikapinya dan berusaha untuk mencari solusi untuk setiap permasalahan yang terjadi dalam hidup kita.
- Belajar berdamai dengan ketidaknyamanan. Sesuatu yang selama ini kita terima dalam hidup kita bisa saja terjadi begitu saja dan yang pasti kita akan berharap akan bertahan selamanya. Namun, bagaimana apabila hal tersebut tidak bertahan lama? Maka dari itu belajarlah untuk tidak mengandalkan orang lain ketika masa sulit singgah dihidup kita. Coba selesaikan masalah kita sendiri sebelum meminta bantuan pada orang lain.
- Belajar untuk menenangkan pikiran-pikiran yang membuat kita menjadi gelisah. Dalam hidup pasti kita selalu dihampiri pikiran-pikiran, baik itu pikiran yang bahagia atau pun kelam. Satu hal yang harus diingat, bahwa kita lebih besar dari apa yang kita pikirkan. Untuk menenangkan pikiran yang membuat kita gelisah tersebut, kita dapat melakukan meditasi selama 10 menit atau dengarkan playlist lagu yang menjadi favorit anda.
- Manfaatkan ciri khas yang menempel pada diri kita. Setiap individu pasti mempunyai keunikan atau pun ciri khas yang melekat pada diri masing-masing. Tanyakan pada diri anda sendiri, apa nilai diri anda?, siapa anda?, apa yang anda lakukan?, dan kemana tujuan hidup anda?. Setelah itu, pikirkan cara agar diri anda dapat memperoleh manfaat dari apa yang telah anda miliki. Terus kembangkan kekuatan yang anda miliki, jangan terlalu mengkhawatirkan kelemahan yang anda punya.
- Menjadi pribadi yang lebih proaktif daripada mengeluh ketika ada rintangan. Ketika kita menemui rintangan dalam hidup, kebanyakan orang sering patah semangat dan berhenti melakukan kegiatan yang telah dijalani. Menjadi pribadi yang cenderung emosional dan suka mengeluh seakan-akan hal tersebut tidak adil dan tidak bisa diperbaiki. Namun, dengan mengeluh dan menjadi tidak produktif tidak akan mengubah apa pun kecuali kita tetap mau berusaha dan lebih proaktif. Untuk menghindari tersebut, kita harus mengantisipasi rintangan yang muncul dengan menyiapkan dalam segi psikologis, yaitu mental. Hal itu bertujuan agar ketika ada rintangan atau pun kegagalan, kita tidak akan merasa hancur. Gunakan kegagalan untuk menjadi langkah dalam memikirkan dan mencoba atau mempelajari hal baru .
Contoh-contoh di atas hanya sebagian kecil dari penerapan filosofi stoikisme dalam kehidupan. Dengan mempelajari ajaran dan konsep-konsep dasar filosofi stoikisme, dapat melatih nalar dan persepsi kita untuk meredam dan mengendalikan pikiran-pikiran serta emosi negatif. Hingga pada tujuan akhirnya kita dapat hidup selaras dengan alam, memiliki mental yang tangguh, dapat mengasah kebaikan, mendapatkan ketenangan hidup, serta perlahan menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Sumber
Anie,C. (2019). Stoa. Scribd. Retrieved July, 7 2022, from https://www.scribd.com/document/429990212/Stoa
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan T. R. I. (2022). KBBI. Retrieved July 4, 2022, from https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/kontemplasi
Manampiring, H. (2019). Filosofi Teras. Penerbit Buku Kompas
Pandiangan, P. (2021). Buku Kecil STOIKISME. https://spoti.fi/3INPoPt
Wattimena, R. (2007). Antara Keutamaan dan Kepantasan Adam Smith dan Filsafat Stoa. MELINTAS, Vol. 23 No. 2, [213-237].
Recent Comments