Toxic productivity itu apa sih?
Toxic productivity merupakan waktu dimana seseorang akan merasa dirinya bersalah ketika tidak melakukan pekerjaan apapun. Toxic productivity juga ketika seseorang memiliki harapan yang sangat tidak realistis terhadap diri sendiri. Perasaan hampa dan merasa rendah diri ketika tidak memproduksi, menciptakan, atau mengerjakan sesuatu serta melihat orang lain lebih produktif daripada diri kita sendiri. Lalu, apakah toxic productivity dengan toxic positivity merupakan satu hal yang sama? Tentu kedua nya merupakan hal yang jauh berbeda. Jika toxic productivity merupakan keadaan saat seseorang akan merasa bersalah ketika tidak melakukan pekerjaan apapun, maka toxic positivity merupakan suatu keadaan ketika seseorang selalu mencoba untuk bersikap positif terhadap segala hal dan keadaan namun menghiraukan atau tidak menganggap perasaan penting lainnya seperti sedih, kecewa, marah, dan perasaan yang lain.

Ciri-ciri
Seseorang seringkali tidak merasa bahwa ia telah terjebak dalam kondisi yang disebut-sebut sebagai ‘toxic productivity’. Seperti halnya pekerja yang workaholic dan mahasiswa yang menyibukan diri dengan banyak mengikuti  kegiatan. Hal tersebut memanglah produktif. Tetapi, keproduktifan itu lama-kelamaan juga bisa menjadi toxic loh apabila dijalankan dengan tidak semestinya. Nah, seperti apa sih ciri-ciri orang yang mengalami toxic productivity? Apakah kita juga mengalaminya? Yuk, simak penjelasan di bawah ini!

  1. Perasaan sulit untuk beristirahat
    Siapa nih yang sering merasa bersalah waktu beristirahat? Hati-hati, hal ini sudah menjadi salah satu ciri-ciri toxic productivity, loh! Merasa lelah untuk terus bekerja, tapi untuk beristirahat pun rasanya enggan karena menganggap hal itu hanya akan membuang waktu. Maka dari itu, kita harus pandai-pandai mengatur waktu ya!
  2. Terlalu memforsir diri sendiri
    Sering mendengar orang lain mengatakan kita terlalu sibuk? Merasa lelah dengan semua aktivitas? Hal-hal ini juga bisa menjadi salah satu tanda kita mengalami toxic productivity, loh. Seseorang cenderung merasa sayang untuk meninggalkan pekerjaannya yang menumpuk ataupun terlalu perfeksionis dengan apa yang ingin ia hasilkan. Tetapi, kerap kali mereka tidak menyadari bila mereka telah memforsir diri sendiri hingga terjebak dalam lingkaran toxic productivity.
  3. Berekspektasi terlalu tinggi pada diri sendiri
    Seseorang pasti memiliki ekspektasi dan harapan untuk dirinya sendiri. Banyak target yang ingin dicapai dalam perjalannya membuat seseorang memasang goals yang cukup tinggi. Namun, terlalu tingginya ekspektasi pada diri sendiri justru dapat membuat kita jadi stres, loh!
  4. Tidak pernah puas
    Satu tanda ini juga bisa menjadi ciri-ciri toxic productivity telah bersarang. Dengan ekspektasi yang tidak realistis seseorang akan mudah merasa tidak puas dengan apapun yang telah ia capai walaupun telah mendapatkan sesuatu yang berharga.

Penyebab

  1. Hustle Culture
    Hustle Culture adalah suatu budaya yang mana seseorang ditekan untuk bekerja lebih keras dan cepat. Pada dasarnya budaya tersebut adalah suatu hal yang baik. Namun, balik lagi sesuatu yang berlebihan itu nggak baik. Hal tersebut dapat mengganggu mental kita, lho. Misalnya, kebanyakan orang berpendapat bahwa di usia muda hendaknya kita harus kerja cepat dan melakukan berbagai aktivitas yang produktif. Secara tidak langsung akan membentuk diri kita menjadi orang yang kompetitif, tetapi tidak sehat dan malah masuk ke dalam toxic productivity.
  2. Self Worth
    Self Worth dapat terjadi ketika seseorang merasa tidak berharga untuk orang lain. Mengapa? Bisa jadi orang tersebut ada luka di masa lalu. Mungkin pernah di-bully secara fisik maupun verbal atau pun dicela. Nah, self worth ini bisa menjadi salah satu penyebab toxic productivity, lho. Seperti ada pemikiran, kalau ingin berharga di mata orang lain, kita harus berguna dengan cara kita harus bekerja. Padahal belum tentu seperti itu, lho.
  3. Faktor Stres
    Stres juga menjadi salah satu penyebab toxic productivity. Menurut beberapa ahli tidak semua stress memberikan efek negatif, tetapi malah sebaliknya. Ada orang yang ketika stres menjadi tidak produktif sama sekali dan ada yang menjadi sangat produktif. Biasanya orang menjadi sangat produktif ketika stres karena untuk melupakan hal yang menjadikannya stres. Namun, hal tersebut tidaklah baik untuk kesehatan mental. Mungkin secara fisik mampu, namun secara mental dapat terganggu karena secara emosi pun tidak stabil.

Cara menghindari 

  1. Buat target yang realistis
    Jangan membuat tujuan yang meninggi agar terhindar dari toxic productivity. Selain itu, jadilah fleksibel mengenai rencana yang dibuat. Lakukan pengaturan ulang saat melihat agenda. Nggak masalah loh untuk mengurangi satu atau dua aktivitas dalam sehari karena produktivitas bukanlah sebuah perlombaan.
  2. Istirahat itu perlu loh
    Ada yang bilang istirahat hanya untuk orang yang lemah. Padahal, istirahat adalah kebutuhan semua orang. Jadi jangan paksakan dirimu hanya untuk terlihat produktif karena istirahat itu penting banget loh untuk menambah kualitas dari produktivitas kita.
  3. Realistis saja tentang apa yang kamu rasakan
    Saat ada di situasi yang membuat stress, itu hal normal kok kalau misalnya kalian merasakan perasaan itu baik itu stress, takut hingga cemas. Jangan memaksakan diri kalian berlebihan yaa, fokus saja ke cara self-care dan cara-cara untuk menenangkan diri kalian.
  4. Catat kegiatan hari ini
    Catatan kegiatan hari ini berguna loh untuk mengetahui dimana kamu lebih banyak menghabiskan waktu. Hal ini juga bisa membantu kamu dalam mengatur waktu kamu dalam berkegiatan.
  5. Praktekkan Mindfulness
    Mindfulness dapat menghubungkan diri kita dengan keadaan saat ini loh. Mindfulness ini juga membantu kita untuk bisa mencari tahu dan menerima apa sih yang ada di sekitar kita tanpa rasa menilai. Kita juga diminta untuk lebih perhatian dan paham dengan diri kita sendiri loh. Yang terakhir mindfulness ini juga membantu kita untuk terlepas dari “keributan” yang ada di diri kita serta memberikan kita kesempatan untuk terhubung lebih jauh dengan alam dan cara sehat untuk memahami keadaan sekitar kita

Dampak 

  1. Penurunan Kondisi Kesehatan
    Pada dasarnya, seseorang yang mengalami toxic productivity cenderung terobsesi untuk semakin produktif setiap harinya. Waktu 24 jam terasa kurang sehingga tidur, makan, minum, dan kebutuhan sosial lainnya menjadi prioritas kesekian yang terabaikan. Tak heran, tubuh mengalami penurunan kesehatan akibat gaya hidup yang tak sehat.
  2. Stress
    Banyaknya kegiatan dan tuntutan pada “produktivitas yang berlebihan” secara tidak sadar akan memberikan tekanan mental. Seseorang akan merasa stress menghadapi situasi yang telah dibuatnya dan lebih berpeluang melakukan pelampiasan melalui alkohol, rokok, dan lainnya yang dapat memperparah kesehatan.
  3. Burn Out
    Burn out merupakan situasi hilang minat pada rutinitas yang biasa dijalani. Seseorang dengan toxic productivity dapat mengalami perasaan hambar atau hilang minat pada hal-hal yang sebelumnya disukai seperti pada hobi, pekerjaan, dan kebiasaan. Kehilangan minat sejatinya merupakan sumber penurunan produktivitas sehingga cepat atau lambat toxic productivity akan membawa penderitanya menjadi semakin tidak produktif.

Sumber Rujukan

Cimsa. Productivity: Know Your Limit Befor it Turns Toxic. Diakses dari https://cimsa.or.id/news/index/productivity-know-your-limit-before-it-turns-toxic 

Create & Cultivative. Mindset, Productivity What is Toxic Poductivity (and How do I Avoid It)? Diakses pada 18 Maret 2021, dari https://www.createcultivate.com/blog/what-is-toxic-productivity/

Cherry, K. (2021, Februari 1). What is Toxic Positivity. Diakses dari https://www.verywellmind.com/what-is-toxic-positivity-5093958

Rahmalia, N. (2021, Februari 17). Awas Toxic Productivity! Kenali Tanda dan Cara Mengatasinya. Diakses dari https://glints.com/id/lowongan/toxic-productivity/#.YjidgZpBza0

Choudary, S. (2021, Agustus 11). What is Toxic Productivity and How to Avoid It? Diakses dari https://www.linkedin.com/pulse/what-toxic-productivity-how-avoid-shweta-choudhary/